TEORI MOTIVASI
1.
Pendahuluan
Kemampuan
manajer untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan
para bawahannya akan menentukan efektifitas manajer. Motivasi merupakan
kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia.
Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut
definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu
memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk
bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi juga merupakan
subjek membingungkan karena motif tidak dapat dipisahkan atau diukur secara
langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
Motivasi
bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang.
Dua faktor lainnyayang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang
perilaku yang diperlakukan untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut
persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peranan saling berhubungan
satu sama lain. Apabila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan
rendah walaupun faktor-faktor lainnya tinggi.
Banyak
istilah yang digunakan untuk menyebut
motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan
istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong
yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya.
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi sehingga banyak ahli telah
mencoba untuk mengembangkan berbagai teori dan konsep yang berhubungan dengan
motivasi.
Motivasi
merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang
yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi
dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik
adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan
karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan
seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen
elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama
yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Motivasi
dapat diertikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang
akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja
akan berpengaruh terhadap performansi pekerja.
Menurut Hilgard dan Atkinson,
tidaklah mudah untuk menjelaskan motifasi sebab :
-
Pernyataan motif antar orang adalah tidak sama, budaya
yang berbeda akan menghasilkan ekspresi motif yang berbeda pula.
-
Motif yang tidak sama dapat diwujudkan dalam berbagai
prilaku yang tidak sama.
-
Motif yang tidak sama dapat diekspresikan melalui
prilaku yang sama.
-
Motif dapat muncul dalam bentuk-bentuk prilaku yang
sulit dijelaskan
-
Suatu ekspresi prilaku dapat muncul sebagai perwujudan
dari berbagai motif.
Berikut ini
dikemukakan uraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai faktor pendorong
dari prilaku manusia:
§
Motif Kekuasaan
Merupakan kebutuhan manusia untuk
memanipulasi manusia lain melalui keunggulan-keunggulan yang dimilikinya.
Clelland menyimpulkan bahwa motif kekuasaan dapat berfifat negatif atau
positif. Motif kekuasaan yang bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan
seseorang. Sedangkan motif kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan
kekuasaan social (power yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai
tujuan kelompok).
§
Motif Berprestasi
Merupakan keinginan atau kehendak
untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi
persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap orang mempunyai kadar n Ach (needs
for achievement) yang berlainan. Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n
Ach yang tinggi (high achiever)
adalah :
1. Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu
resiko secara moderat
2. Umpan balik segera (Immediate
Feedback) adalah cenderung memilih tugas
yang segera
dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam
mewujudkan tujuan, cenderung memilih tugas-tugas yang mempunyai criteria
performansi yang spesifik.
3. Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam
pekerjaan yang dapat
memberikan kepuasaan pada dirinya.
4. Pemilihan tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang
telah di pilih secara tuntas dengan usaha maiksimum sesuai dengan kemampuannya.
§
Motif Untuk Bergabung
Menurut Schachter motif untuk
bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk berada bersama orang lain.
Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari studinya yang mempelajari hubungan
antara rasa takut dengan kebutuhan berafiliansi.
§
Motif Keamanan (Security
Motive)
Merupakan kebutuhan untuk melindungi
diri dari hambatan atau gangguan yang akan mengancam keberadaannya. Di dalam
sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara untuk menjaga agar para karyawan
merasa aman di hari tuanya kelak, adalah dengan memberikan jaminan hari tua,
pesangon, asuransi, dan sebagainya.
§
Motif Status (Status
Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk
mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi
atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber
status seseorang yaitu:
1.
Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang
memperoleh status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status
yang tinggi di lingkungannya.
2. Kualitas perseorangan yang termasuk dalam
kualitas perseorangan antara lain
karakteristik fisik, usia, jenis kelamin,
kepribadian.
3. Prestasi yang dicapai oleh
seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya,
pekerja yang
berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
4. Aspek materi dapat mempengaruhi
status seseorang di dalam lingkungannya.
Misalnya,
jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
5. Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki
kekuasaan atau kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu-individu yang ada di bawahnya.
2.
Model
dan Teori Motivasi
2.1 Model-Model Motivasi
Perkembangan
teori manajemen juga mencakup model-model atau teori-teori motivasi yang
berbeda-beda. Model-model motivasi dengan urutan atas dasar kemunculannya
yaitu:
1.
Model tradisional
Model
tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor dan aliran
manajemen ilmiah. Model ini mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana
pekerjaan-pekerjaan harus dilakukan dan digunakannya sistem pengupahan insentif
untuk memotivasi para pekerja, lebih banyak berproduksi-lebih banyak menerima
penghasilan.
Pandangan
tradisional menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas, dan hanya dapat
dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan
ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, karyawan yang
dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut manajer
mengurangi besarnya upah insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan
pekerja akan mencari keamanan/ jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah kecil
dan sementara.
2.
Model hubungan manusiawi
Banyak
praktek manajemen merasakan bahwa pendekatan tradisional tidak memadai. Elton
Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak
sosial karyawan pada pekerjaannya juga penting dan bahwa kebosanan dan
tugas-tugas yang bersifat pengulangan adalah faktor-faktor pengurang motivasi.
Mayo dan lainnya juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi bawahan melalui
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna
dan penting.
Sebagai
hasilnya para karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan
sendiri dalam pekerjaanya. Perhatian yang lebih besar diarahkan pada
kelompok-kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan
untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi.
3.
Model sumber daya manusia
Para teoritisi
seperti McGregor dan Maslow beserta para peneliti seperti Argyris dan Likert
melontarkan kritik terhadap model hubungan manusiawi, dan mengemukakan
pebdekatan yang lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan para karyawan. Model
ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya
uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk
berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa
kebanyakan orang telah dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan
bahwa mereka tidak secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak
dapat menyenagkan. Para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu
prestasi kerja yang baik. Jadi para karyawan dapat diberi tanggungjawab yang
lebih besar untuk pembuatan keputusan-keputusan dan pelaksanaan tugas-tugas.
Para
manajer dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan sumber daya
manusia secara bersama. Dengan bawahannya manajer cenderung menerapkan model
hubungan manusiawi untuk mengurangi penolakan bawahan dengan perbaikan moral
dan kepuasan. Bagi dirinya sendiri manajer akan lebih menyukai model sumber
daya manusia.
2.2
Teori-Teori Motivasi
Teori
Motivasi itu juga dapat dirumuskan kembali menjadi 3 kelompok, yaitu :
A.
Teori Kepuasan ( Content
Theory )
Pada dasarnya Teori ini lebih didekatkan pada factor –
factor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan
berperilaku dengan cara tertentu. Hal yang memotivasi semangat bekerja
seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan material maupun
nonmaterial yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya. Jika kebutuhan dan
kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat kerjanya pun akan semakin baik
pula. Jadi pada kesimpulannya, seseorang akan bertindak (bersemangat bekerja)
untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (Inner Needs) dan kepuasannya.
Teori kepuasan (Content
Theory) ini banyak dikenal antara lain :
1.
Teori Motivasi
klasik oleh F.W. Taylor.
Teori ini
dikemukakan oleh Frederik Winslow Taylor. Menurutnya, motivasi para pekerja itu hanya untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Sedangkan kebutuhan biologis itu sendiri
adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seseorang.
2. Maslow’s Need Hierarchy Theory (A Theory of
Human Motivation) oleh A.H. Maslow.
Teori ini
dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga merupakan kelanjutan
dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa
kebutuhan dan kepuasaan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan
psikologis berupa material dan nonmaterial.
Dasar Maslow’s Need Hierarchy Theory :
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan
lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya
tiba.
b. Suatu
kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi
pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang
menjadi alat motivasi.
Ada beberapa
macam kebutuhan, antara lain :
§ Physiological Needs
Physiological Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang
diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan
lain-lainnya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seeorang
berperilaku dan bekerja giat.
§ Safety and Security needs
Safety and Security needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan
akan keamanan dari ancaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melakukan pekerjaan.
§ Affiliation or Acceptance Needs
Affiliation or Acceptance Needs adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai
dan
mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya.
Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan
kebutuhan-kebutuhan social.
§ Esteem or Status or Egoistic Needs
Esteem or Status or Egoistic Needs adalah kebutuhan akan penghargaan
diri,
pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat
lingkungannya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang
digunakan sebagai simbol status. Misalnya, memakai dasi untuk membedakan
seorang pimpinan dengan anak buahnya dan lain-lain.
§ Self Actuallization
Self Actuallization adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan
kecakapan,
kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan
aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu :
1. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya
hanya berasarkan keinginan atas usaha individu itu sendiri.
2. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu.
Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatkan
jenjang karier seorang individu.
Dari uraian di atas, Maslow’s Need
Hierarchy Theory ini mempunyai kebaikan dan kelemahan, sebagai berikut :
Kebaikannya:
1.
Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia
itu jamak (material
dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
Manajer mengetahui
bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan
baginya.
2. Kebutuhan manusia itu berjenjang
sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan
rendah (sosial ekonomi lemah)cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang
yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
3. Manajer
akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang
semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya:
Menurut
teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis,
tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan
itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya.
3.
Herzberg’s
Two Factor Theory oleh Frederick Herzberg.
Teori
Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Menurut
teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk
melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk
mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg yang
harus diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu :
-
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang
menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan
dapat menikmati pekerjaan itu sendiridan adanya pengakuan atas semuanya itu.
-
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama
faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan,
penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain.
-
Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi
terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai
mencari-cari kesalahan.
Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah
faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan
sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungandengan penghargaan
terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
4.
Mc.
Clelland’s Achievement Motivation Theory oleh
Mc.Clelland.
Mc.
Clelland’s achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi Prestasi
dikemukakan oleh David Mc.Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan
karena didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya,
dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
Mc. Clelland
mengelompokan 3 kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja
seseorang, yaitu :
- Kebutuhan akan Prestasi ( Need for
Achievment )
- Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for
Affiliation )
- Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need for
Power )
5. Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory oleh Alderfer.
Existence,
relatednes, and Growth ( ERG ) Theory ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli
dari Yale University. Teori ini juga merupakan penyempurnaan dari teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh A.H. Maslow. Alderfer mengemukakan bahwa ada 3
kelompok kebutuhan yang utama, yaitu :
1. Kebutuhan akan Keberadaan ( Existence
Needs ), berhubungan dengankebutuhan dasar termasuk didalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow.
2. Kebutuha akan Afiliasi ( Relatedness
Needs ), menekankan akan pentingnya hubungan antar-individu ( interpersonal relationship ) dan
bermasyarakat (social relationship).
3. Kebutuhan akan Kemajuan ( Growth
Needs ), dalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau
meningkatkan kemampuan pribadinya.
6. Teori Motivasi Human Relations
Teori ini
lebih mengutamakan pada hubungan seseorang dengan lingkungannya. Menurut teori
ini seseorang akan berprestasi baik, jika ia diterima dan diakui dalam
pekerjaannya dan lingkungannya. Teori ini juga menekankan peranan aktif
pimpinan organisai dalm memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi denga
bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja.
7. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mwmpunyai kebutuhan yang berhubungan
dengan tempat dan suasana di lingkungan bekerjanya, yaitu :
Upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu,
keamanan bekerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, pengakuan
yang wajar, pengakuan atas prestasi.
B. Teori Proses ( Process Theory )
Teori proses
ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan, bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu, agar setiap
individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajjer. Teori ini juga
merupakan proses sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa
yang akan diperolehnya. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana
proses kegiatan yang dilakukan seseorang. Bisa dikatakan bahwa hasil hari ini
merupakan kegiatan hari kemarin. Teori Proses ini, dikenal atas :
• Teori Harapan ( Expectancy Theory )
Teori ini
dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi
seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari
hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil
pekerjaan itu.
Teori harapan ini didasarkan atas :
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
2. Nilai (Valence) adalah akibat
dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat tertentu (daya/nilai
motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan.
3. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil
tingkat kedua.
• Teori Keadilan (Equaty Theory)
Keadilan
merupakan daya penggerak yang memotivasi semagat kerja seseorang, jadi atasan
harus bertindak adil terhadap setiap bawahannya. Penilaian dan pengakuan
mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif.
C. Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory )
Teori
ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori
pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi
perilaku,
terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan,
apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya
frekuensi tanggapan,apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan
yang bersyarat.Contoh pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
3.
Kesimpulan
Manajer
dapat membeli waktu karyawan, kemampuan fisik karyawan, dan sebagainya tetapi
manajer tidak dapat membeli antusiasme, inisiatif, kesetiaan, penyerahan hati,
jiwa dan akal budinya. Motivasi lebih
inklusif dari sekedar aplikasi berbagai peralatan atau cara tertentu untuk mendorong
peningkatan keluaran.
Motivasi
juga merupakan filsafat atau pandangan hidup yang dibentuk berdasar kebutuhan
dan keinginan karyawan. Jadi, penting diperhatikan oleh manajer bahwa
teori-teori motivasi harus digunakan secara bijaksana. Berbagai teori tidak
memadai atau mencukupi untuk diterapkan secara meluas dan bahkan dapat
mneghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang negatif.
Manajer
dapat melihat motivasi sebagai sistem yang mencakup sifat-sifat individu, pekerjaan,
dan situasi kerja serta memahami hubungan antara insentif, motivasi dan
produktivitas, akan mampu memperkirakan perilaku bawahan dengan harapan
realisasi peningkatan produktivitas dari para karyawan.
4.
Referensi
Handoko,
T. Hani. 1997, Manajemen, BPFE,
Yogyakarta
Untung widodo SE,MM. Manajemen
makasih yah... membantu
BalasHapusbanget